You are on page 1of 10
a Worta Kebun Raya 7 (1), Ma 2007 | : Sibotangit has two status conservation areas, as Natural Recreation Park as well as Nature Reserve. This KERAGAMAN FLORA DI CAGAR ALAM/TAMAN WISATA ALAM SIBOLANGIT Dwi Murti Puspitaningtyas Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor conservation area has many attractive plants, both native and introduce. Some introduce plants were planted in Natural Recreation Park area, while native plants can be found in Nature Reserve area. Those floras are very important for human life as a part of biodiversity in North Sumatra. This paper mentioned the diversity of plants in Sibolangit Nature Reserve and Sibolangit Natural Recreation Park. There are some unique, exotic, attractive and useful plants exist in that area. Keywords : Flora, Nature Reserve/ Natural Recreation Park Sibolangit PENDAHULUAN Kawasan Sibolangit merupakan salah satu kawasan penyangga ekosistem dan merupakan sumber air untuk kehidupan.Oleh sebab itu tak jauh dari TWA Sibolangit terdapat PDAM Tirtanadi yang memasok kebutuhan ait bersih bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya. Cagar Alam Sibolangit Secara administratif terletak di Desa Stbolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dan merupakan kesatuan kawasan dengan Taman Wisata Sibolangit. Kawasan ini terletak diantara jalan raya jurusan Medan Brastagi yang jaraknya sekitar 40 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan umum selama kurang lebih 1 jam. Sebagai jalur wisata kondisi jalan rayanya sangat ‘mulus dan arus lalu lintasnya cukup rama. CA/TWWA Sibolangit tertetak di ketinggian 300- 550 m dpl. Topografinya bergelombang dan berbukit-bukit. Hanya kawasan Taman Wisata Alam saja yang memiliki topografi relatif datar, tetapi batas pinggir kawasan dikelilingi oleh jurang yang terjal dan dalam. Bahkan kawasan Cagar Alam hampir berupa jurang yang dalam. Kemiringan bukit umumnya 70° hingga 90°. Aeginetia Indica Liparis wrayi Untuk menyusuri kawasan Cagar Alam umumnya menyusuri punggung bukit/gunung yang lebarnya hanya sekitar 1 meter, bahkan di beberapa tempat lebar jalan hanya meter dan 4 kanan-kirinya terdapat jurang yang terjal dan dalam. Mengingat kondisi alamnya yang cukup sulit untuk dilalui, Cagar Alam sibolangit akan aman dari penebangan liar. Namun harus tetap waspada, bila kebutuhan mendesak manusia bisa berbuatapasaja. Semula kawasan CA Sibolangit bemama Kebun Raya Sibolangit. Sejarah pembentukannya menjadi CA/TWA Sibolangit telah dipaparkan oleh Sari dan Widodo (2004) dalam Warta Kebun Raya 4(1). Sebagai taman wisata alam kawasan tersebut telah memiliki beberapa fasilitas bagi para Pengunjung antara lain jalan, area parkir, bangku tempat duduk, shelter untuk menikmati panorama, kantor, kamar kecil (toilet), papan: Papan informasi dan tanaman hias penghias taman. Saat ini kondisi jalannya sudah banyak yang tertutup oleh tumbuhan yang menyebar secara alami. Jalan yang masih bisa dilalui adalah jalan lingkar yang mengelitingi kebun. Untuk membenahinya tentu membutuhkan dana dan tenaga yang tidak sedikit. Pembenahan itu ‘Warta Kebun Raya 7 (1), Met 2007 Alocasia watsoniana antara lain penataan taman, pembersihan jalan dari tanaman liar dan pemeliharaannya secara rutin yaitu dengan menyapu, membuat area Pembibitan untuk menangkarkan biji atau tanaman_koleksi, membersihkan kebun dari pohon yang tumbang dan merusak pemandangan. Tanaman hias untuk menata taman cukup banyak tersedia di TWA Sibotangit seperti Spathiphyllum cannaefolium, Donax cannaeformis, Calathea ornata, Costus pictus, Chimonobambusa quadringularis, Sanchezia nobilis, Aglaonema spp., Tacca chantrieri, Diffenbachia fournieri dll Kawasan ini cukup potensial untuk dijadikan kawasan wisata, selain dekat dengan jalan raya, panorama alamnya pun indah. Namun masyarakat belum banyak yang memanfaatkannya sebagai daerah wisata, Umumnya mereka hanya mampir dari erJalanannya untuk istirahat sejenak Keanekaragaman tumbuhan Luas total kawasan CAdan TWASibolangit 110 Ha, Keadaan vegetasi di TWA Sibolangit cukup rapat dan membentuk ekosistem hutan sekunder. Sementara itu di CA Sibolangit vegetasi tak terlalu rapat karena topografinya yang tidak rata Eulophia zollingeri SET ea SUS Un tt a 35 ‘Warta Kebun Raya 7 (1), Mei 2007 dan berlereng curam. Batas pinggir diketiting! dengan jalan raya dan kebun penduduk. Jenis pohon yang banyak dijumpai adalah Prerocarpus indicus (angsana), Polyalthia spp., Artocarpus spp., Syzygium spp. Garcinia sp, Garcinia atroviridis (asam glugur), Bellucia axinanthera, Terminalia sp. Bischoffia javanica, Aglaia argantea dsb. 8eberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Wisata Alam Sibolangit telah diberi label, nama ilmiah dan nama daerahnya. Tabel 1. Jenis tumbuhan yang berlabel di TWA Sibolangit PNe Mama dents 1. Bischoffia javanica Neonauclea sp. 3. Pterocarpus indicus 4. Diospyros buxifolia 5. _ Artocarpus elasticus | 6. Ginnamomum parthenoxyion 7. Peronema canescen 8, Antidesma sp 9. _Nauclea purpurescens ae 40. Pinus merkusif : 11. Oreodoxa oleracea 12. Donax cannaeformis 13. Quer cus bennetii 414. Acer niveum 45. _Paraserianthes falcataria 16. Caryota mitis 17. Turpinia sphaerocarpa 48. Baccourea dulcis 19. Aglaia argantea 20. Shorea parviflora 21, Mitrephora rubiginosa 22. Macaranga javanica 23. Gossampinus valetonii 24. Bauh inia purpurea 25. _Koompassia excelsa 26. Macaranga triloba 27. Graptophyllum pictum 28. Mimosa pudica 29. Eurycoma longifolia 30. Vitex sp. 31. Saurauia umbellata 32. Prunus acuminatissima 33. Bucklandia tricuspis 34. Altingia excelsa 35. Shorea leprosula 36 | Nama Daerah Cengkam/ Cintoengan Lengit Cena Ribuk Terap Perawas Nungke Kayu ageng Sabot Tusam Palem raja Ban -ban Kecing Kerumbuk Kayu embun Riman Meme Rambai Balik angin ‘Meranti merah Bak -bakan batu ‘Tampu besi Kasumpat/Kapuk hutan ddaun kupu -kupu Tualang Tumpu bunga/tampu: ‘mawang Slantam Putri malu Pasak bumi/ Wulung besan Setelu wulung injet Kacihe kapas -kapas Tulasan/rasamala Meranti udang Euphorbiaceae Rubiaceae Papilionaceae Ebenaceae ‘Moraceae Lauraceae Verbenaceae Euphorbiaceae Rubiaceae Pinaceae Arecaceae Maranthaceae Fagaceae Aceraceae Mimosaceae Arecaceae Staphyliaceae Euphorbiaceae Metiaceae Dipterocarpaceae Annonaceae Euphorbiaceae Bombacaceae Caesal piniaceae Caesalpiniaceae Euphorbiaceae Acanthaceae Mimosaceae Simarubaceae Verbenaceae Actinidiaceae Rosaceae Hamamelidaceae Hamamelidaceae Dip terocarpaceae Vegetasi bawah di TWA Sibolangit didominasi oleh Spathiphyllum cannaefolium, Donax cannaeformis, Calathea ornata, Costus pictus Sanchezia nobilis, Aglaonema sp., Tacca chantrieri, Diffenbachia fournieri dan Coffea robusta. Sedangkan di CA Sibolangit jenis yang dominan adalah Coffea robusta, Strobilanthus sp., Ardista villosa serta jenis-jenis Urticaceae seperti Pulus (Dendrocnide spp.) yang berhabitus pohon dan Elatostema spp. yang berhabitus semak. Ada sejenis tumbuhan parasit yang ditemukan di CA Sibolangit yaitu Aeginetia indica (Orobanchaceae) yang menjadi parasit pada alang-alang dan pada Zingiberaceae (temu temuan) (van Steenis, 1972). Orang bisa terkecoh tumbuhan tersebut Zingiberaceae. A indica memiliki akar rimpang yang tumbuh parasit pada akar tanaman lain. Tangkai bunga kaku dan muncul dari akar rimpang ke permukaan tanah. Bunga berwarna merah, tunggal, memiliki daun petindung pada pangkal bunganya. Bunga berbentuk tabung dengan 5 helai kelopak yang terbuka sempurna. Selain itu juga banyak ditemukan tumbuhan_parasit lainnya yaitu Balanophorasp. Araceae Jenis-jenis Araceae yang ditemukan di kawasan Sibolangit antara lain Amorphophallus titanum, Alocasta aff. watsoniana, Homalomena sp., Schismatoglottis sp. Scindapsus pictus dan Anthurium aff. fortunatum. Jenis yang paling dominan tumbuh adalah S. pictus tumbuh menjalar di atas tanah atau merambat di batang Pohon. Daunnya berbentuk jantung asimetris, panjang 9-12 cm dan lebar 7-9 cm, hijau tua dengan corak putih tak teratu. A. aff. fortunatum tingginya 32-50 cm. Jumlah daun rata-rata 5 helai, bentuk menjari (palmate) dengan 7 lekukan, garis tengah #46 cm, panjang lekukan 18-30.cm, lebar 5-6 cm. Jenis-jenis Araceae tersebut umumnya memitiki bentuk daun yang indah dan bercorak unik Dengan demikian jenis-jenis tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan tanaman hias taman maupun sebagai tanaman hias pot Palem dan Rotan Berbagai jenis palem yang terdapat di kawasan cagar alam antara lain Pinanga aff. coronata (kempawa), Arenga pinnata (aren), dan yang paling dominan adalah Arenga obtusifolia (puli. Selain itu Areca catechu (pinang) sangat umum ditanam oleh penduduk karena batangnya sering dimanfaatkan pada lomba panjat pinang, sedang buahnya dipakai untuk bahan campuran penguat gigi secara tradisional. Kempawa lebih banyak tumbuh di Taman Wisata Alam. Tanamannya tidak terlalu tinggi (2,5-3 m), tumbuh berumpun, pelepah batangnya berwarna kuning, susunan daunnya lebar dan rapat. Warta Kebusn Raya 7 (1), Mei 2007 i rn ph RE 7 a a | Wearta Kebup Raya 7 (1), Mei 2007 A. pinata (Aren) dan A. obtusifolia, lebih banyak tumbuh di kawasan cagar alam dibanding di TWASibolangit. Kedua jenis ini hampir serupa, namun buah A. pinnata warnanya kuning bila masak, sedang buah A. obtusifolia warnanya merah, Aren banyak dimanfaatkan untuk bahan pembuat gula aren, sedangkan A. obtusifolia lebih bermanfaat untuk dikembangkan sebagai ‘tanaman hias. Selain itu juga ditemukan banyak biji palem Actinorhytis calapparia yang warnanya sangat menarik dan berukuran besar. Buah bulat- jorong, panjang +8 cm dan keliling #15 cm, warna merah jingga. Tumbuhan ini bukan asti Indonesia, kemungkinan diintrodukst dart negara atau daerah lain mengingat TWA Sibolangit fungsi awalnya sebagai Kebun Raya. Jenis tersebut ditanam memang tujuannya sebagai salah satu ornamen maupun koleksi ‘tanaman hias kebun raya pada waktu itu. Rotan dari marga Calamus dan Plectocomia di TWA Sibolangit umumnya tumbuh di lereng- lereng yang curam. Rotan endemik Sibolangit yang dideskripsi oleh Madudid diberi nama Plectocomia (orzingii, mirip dengan Plectocomia elongata yang banyak tumbuh di Jawa. Namun bila dilihat dengan cermat warna pelepah daunnya yang memeluk batang agak berbeda, pada R lorzingii warna merah hati sedang P. elongata warna kuning gading. Selain itu R elongata yang ada di Jawa tumbuh berumpun, sedang P lorzingif tumbuh tunggal (soliter) dan batangnya menjalar hingga 20 m panjangnya (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005). P. lorzingfi_ merupakan salah satu koleksi berharga bagi TWA Sibolangit karena merupakan jenis yang endemik. Ficus spp. Berbagai jenis Ficus banyak ditemukan di CA/TWASibolangit, kuranglebih ada 3 jenis yang dijumpaisedang berbuah. Ficus punctata tumbuh merambat dan berkayu (woody climber), buahnya besar, warna hijau muda tatol-totol’ keputihan, keliling 224 cm, menempel di batang pohon, Di Jawa jenis ini umumnya ditemukan di daerah pegunungan atau dataran tinggi (van Steenis, 1972). Jenis Ficus lainnya berupa pohon yang memiliki buah bulat- mengerucut, lebar di bagian ujung dan menyempit di bagian pangkal, panjang +4 cm, diameter 25 cm, tangkai 28,5 cm, warna hijau kekuningan, menempel di batang pohon bagian dasar mirip Baccaurea macrocarpa. Ada pula Jenis yang merambat, memiliki buah berwarna merah, menggerombol di batang seperti anggur. Bellucia axinanthera Triana Ada beberapa jenis Melastomataceae yang sering ditemukan antara lain Melastoma malabatrichum dan Phyllagathis rotundifolia, umumnya berupa semak atau perdu. Satu: satunya jenis Melastomataceae yang berupa pohon adalah Bellucia axinanthera yang dikenal dengan nama daerah Kelat, tinggi pohon mencapal 15 m. Daun bentuk jorong-bulat telur, panjang 33-46 cm, lebar 20-28 cm, tangkai 7-9 cm, tepi bergerigi, tulang daun sejajar berjumlah 3, berpasangan berhadapan dengan kedudukan selang-seling memutar. Bunga putih semburat merah jambu, diameter 6-7 cm, harum, — Mahkota bunganya berjumlah 6, berwarna putih. Di tengahnya dikelilingi oleh benangsari yang berwarna kuning, dan putik terletak di titik tengah perbungaan. Buahnya berbentuk unik seperti kuncup bunga yang besar dan menggembung. Umumnya menempel di ranting pohon atau pada ketiak daun yang sudah gugur. Buah bisa dimakan, rasanya agak manis, teksturnya lunak Monyet biasanya _memakan buahnya. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Selatan. Di Indonesia telah menyebar tumbuh di Jawa dan waktu dahulu buahnya banyak dijual i pasar (Backer dan van den Brink, 1963). Artocarpus spp. Artocarpus banyak ditemiukan di TWA Sibolangit dengan berbagai bentuk buah. Artocarpus a elasticus buahnya bulat tonjong, warna kuning, dur tidak rapat dan tidak tajam. Artocarpus sp- 1 buahnya bulat seperti buah sukun (Artocarpus altilis), tetapi durinya lebih rapat, kaku dan tajam, berwarna kuning. Artocarpus sp-2 buahnya seperti hati/Jantung, warna hijau, kulit buah tak berduri namun ada pola-pola duri rudimenter yang terlihat jelas. Tekstur daging buah dan biji lebih mendekati buah kluwih. Zingiberaceae ingiberaceae yang sering dibudidayakan oleh penduduk adalah Etlingera elatior. Bunganya yang cantik ini bila masih kuncup dapat dimakan sebagai campuran sayur-sayuran (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005). Jenis lainnya yang tak Kalan menariknya adalah lempuyang gajah (Zingiber macroglossum) yang memiliki panjang tangkai_perbungaan (inflorescence) #71 cm. Daun majemuk, tangkai +2 meter, mendukung 33-35 helai anak daun. Kedudukan anak daun berselang-seling berhadapan. Bentuk anak daun lansetpanjang, panjang +52 cm, lebar +11 cm, ‘tangkai anak daun 20,5 cm. Bunga muncul dari akar rimpang dekat permukaan tanah. Warna merah terang, panjang tangkai perbungaan 237m dan rakis £34cm. Lempuyang gajah yang rimpangnya dapat digunakan sebagai bahan campuran obat tradisional (batu ginjal, empedu, murus) ini belum dimanfaatkan secara komersial. Amomum tephrodelphys tumbuh di lereng tebing. Tinggi tanaman 1,5 m. Bentuk daun lanset panjang, kedudukan daun selang-seling berhadapan, permukaan atas berwarna hijau dan berbulu, sedangkan permukaan bawah berwarna kemerahan, panjang 21-25 cm, lebar 7-8 cm, tangkai 1-2 cm dan berbulu halus. Bunganya menggerombol dekat permukaan tanah, berwarna merah terang, muncul dart akar rimpang, tangkai bunga #12 cm. Buah bulat, panjang 2-4 cm, diameter 22 cm, permukaan beralur, warna hitam kecoklatan. Dijumpai tumbuh di hutan sekunder, di lereng tebing dengan kondisi agak ternaung. Tumbuh pada ketinggian 340m dpl, dan pH tanah 5,2. Piper spp. Ada 3 jenis Piper yang dijumpai tumbubh liar di kawasan CA/TWA Sibolangit. Jenis Piper yang memiliki daun perak kemerahan atau kehijauan adalah Piper sylvaticum. Tumbuh menjalar atau merambat pada pohon inang, Daun lonjong atau menjantung, hijau bernoktah putih, daun muda berwarna merah hati bernoktah putih, permukaan atas tidak rata, menonjol/timbul (emboss) ke permukaan atas, warna putih atau putih kemerahan, panjang6,5-13 cm, lebar 5-14 ‘cm, tangkai 6 cm berwarna merah hati. Piper porphyrophyllum berwarna hijau di permukaan atas dan merah di permukaan bawah. Tumbuh menjalar atau merambat pada ohon inang. Daun seperti jantung, panjang 6,5- 13.cm, lebar 5-14 cm, warna hijau bercak putih, permukaan atas tidak (emboss), warna mengkilat seperti beludru, permukaan bawah daun berwarna merah hati. Panjang tangkai 6 cm berwarna merah hati, rata atau timbul Piper muricatum buahnya kecil seperti lada. Habitus tumbuhan berupa perdu atau semak, tinggi 482 cm, batang berbuku-buku, daun berselang-seling berhadapan. Daun lanset, panjang 12-24 cm, lebar 4-12 cm, tangkai 0,5-4 em, Bunga atau buah terminal, bentuk bunt tersusun dalam bulir, mendukung lebih dari 50 biji per buli. Warna buah hijau, bila sudah masak berubah merah, diameter 40,5cm. Lauraceae Berbagal jenis suku Lauraceae juga dijumpai di kawasan ini, antara lain Cinnamomum spp., Litsea angulata, Litsea sp., Actinodaphne sp. Diantara jenis-jenis Lauraceae tersebut yang memiliki bentuk buah cukup unik adalah Litsea angulata. Suku Lauraceae dicirikan dengan aroma khas seperti minyak atsiri. Bentuk a a buahnya seperti bel/genta, warna buah yang masih muda hijau dan bila masak berwarna merah, kemudian berubah coklat bila menjelang busuk, Daun bundar telur sungsang-jorong, panjang 10-35 cm, lebar 4-11,5 cm, tangkai 2-4 cm, selang-seling berhadapan, ujung meruncing. Tinggi pohon mencapai 30 m (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005). ‘Knema sumatrana (Blume) W,J. de Wilde Knema sumatrana (Myristicaceae) perawakannya berupa pohon, tinggi mencapai 20 m (de Wilde, 2000). Daun bersilang berhadapan, bulat telur sungsang, panjang 4-23 cm, lebar 1,5-7 cm, tangkai 0,5-1 cm. Buah muncul di Ketiak daun, kuning kecoklatan (coklat muda), berpasangan, lonjong, panjang #4 cm, diameter #2 cm. Buah yang masak Uujungnya merekah sehingga terlihat bijinya yang masih menempel di bagian dasarnya. Kulit biji berwama merah dan agak (unak (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005). Lithocarpus rassa (Miq.) Render Lithocarpus rasa (Fagaceae) berhabitus pohon, tinggi mencapai 15 m. Buahnya bulat seperti topi atau kerucut yang tersusun dalam tandan, warnanya hijau bila masth muda dan coklat kehitaman menjelang masak, tak bertangkai dan menempel langsung pada tandannya, panjang #14 cm, mendukung +20 buah. Buah bulat, licin dan mengkilap, daging buah keras, panjang 1,3-1,7 cm, diameter 1,5-2 cm, ujung runcing, bagian dasar bentuk seperti lingkaran beralur yang disebut cupak (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005), Garcinia atroviridis Griffith ex. Anderson Garcinia atroviridis (asam glugur) buahnya bulat dan berlekuk-lekuk, membentuk 12-16 juring. yang jelas, diameter sekitar 7-10 cm. Bunganya merah terang dan kelopak berwarna kuning, tebal dan kaku, jumlah daun mahkota dan daun kelopak sama, yaitu 4 helai, diameter bunga yang mekar 4 cm. Daun tunggal, berhadapan, bentuk jorong-bundar telur menyempit, panjang 21-36 cm, lebar 9-10 cm, permukaan halus, mengkilat, warna hijaugelap. G. atroviridis adalah pohon besar, tingginya dapat mencapai 20 m. Struktur kanopinya indah dan bertajuk rapat, berdaun tebal, hijau mengkilat. Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) yaitu tumbuhan betina dan jantan masing-masing terpisah, dengan pembentukan embrio biji yang bersifat_ apomiksis. Karena berumah dua perbanyakan secara vegetatif lebih baik hasilnya dibanding secara generatif. Untuk mendapatkan tumbuhan betina perbanyakan dengan menggunakan stek tunas akar dari induk tumbuhan betina yang berbuah, karena adanya kepastian bahwa kelak tumbuhan tersebut juga akan menjadi tumbuhan betina yang berbuah. Sedangkan perbanyakan secara generatif dengan biji, hasilnya tidak memberikan kepastian tumbuhan apakah betina atau jantan, G. atroviridis tumbuh tersebar di Semenanjung Malaya dan Sumatra. Di Sumatra Utara asam glugur dikenal sebagai asam potong, dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan pemberi rasa asam pada masakan. Selain itu buahnya juga dapat diolah sebagai manisan dan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat pelangsing tubuh. G. atroviridis mengandung senyawa asam hidroksisitrat yang dapat menurunkan berat badan. Di Sumatra Utara buah asam glugur banyak dijual di pasar dan diekspor ke Malaysia, Palaquium sp. Di TWA Sibolangit ditemukan banyak biji Palaquium sp. (Sapotaceae). Biji yang masih muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Bentuk biji bulat-jorong, panjang +2 cm, diameter +1 cm. Bentuk buah bulat-oblong, warna hijau, panjang 3 cm dan diameter sekitar2,5em. Corymborkis veratrifolia 185 Neuwiedia zollingeri = 154 55 Calanthe zollingeri 23 15 Galanthe triplicata’ Eulophia zollingeri 4 2 Liparis wrayi_ ey 2 Total an 29 Mallotus dispar Mull. Arg. dan Bischoffia Javanica Blume ‘Ada dua jenis Euphorbiaceaea di kawasan ini yang cukup menarik, yaitu Mallotus dispar yang ditemukan di CA Sibolangit dan Bischoffia Javanica di TWASibolangit. M. dispar merupakan tumbuhan perdu tinggi 5 meter. Daun lanset, panjang 8-16 cm, lebar 3-6 cm, tangkal 1-1,5 cm, permukaan atas hijau dan bagian bawah keperakan. Buah bulat, ukuran 1x0,6 cm, keliting hampir 2 cm. Kulit buah merah seperti beludru, mudah rontok seperti bedak atau ‘tepung merah. Buah terbagi menjadi 3 kotak dan setiap Kotak mengandung biji. Biji bulat, panjang 0,5 cm, lebar 0,4cm dan agak mendatar di salah satu bagian pangkalnya, warna hitam. Sementara itu 8. Javanica, nama daerahnya ‘Cengkam/Cintoengan, kulit pohonnya seringkali dimanfaatkan penduduk untuk obat sakit nyeri lambung. Caranya kulit pohon dikerok atau dikerat lalu diperas, air perasan dicampur kuning tetur dan diminum. Beberapa jenis pohon yang dapat dimanfaatkan untuk obat di kawasan Sibolangit dapat dilihat dalam Sari dan Widodo (2004), Anggrek ‘Anggrek yang dijumpai di TWA Sibolangit ada 4 jenis yaitu: Corymborkis veratrifolia {terestrial), Neuwiedia zollingeri (terestrial), aS ae 6.2 6.55 0.54 0.44 1.08 0.87 0.81 0.87 100 100 Liparis wrayi (terestrial), Pomatocalpa latifolia (epifit). Sedangkan di CA Sibolangit ada 3 jenis yaitu: Calanthe zollingeri (terestrial), Calanthe triplicata (terestrial) dan Flickingeria convexa (epifit. Keragaman anggrek tanah di kawasan sibolangit tidak banyak, hanya sekitar 5 jenis yang ditemukan tumbuh alami di hutan. Jenis anggrek tanah yang sangat dominan di TWA Sibolangit adalah Corymborkis veratrifolia dan Neuwiedia zollingeri (Tabel 2). Sedangkan anggrek tanah yang dijumpai di CA Sibolangit, paling banyak populasinya adalah Calanthe zollingeri, Catanthe tripticata yang ditemukan tumbuh di tepi jurang yang terjal; Eulophia zollingeri dijumpai 2 kali yaitu di pinggir jalan raya dan 1 individu di jalan setapak dalam hutan. Anggrek Eulophia zollingeri ini tak akan nampak tanamannya bila sedang tak berbunga, Karena tak memiliki daun dan termasuk anggrek saprofit. Dalam keadaan dorman (tak berbunga) tumbuhannya tersembunyi di tanah dalam bentuk umbi. Ada dua variasi warna bunga E. zollingeri yang dijumpai di Sibolangit yaitu coklat gelap dan kuning pucat keputihan. Warna coklat gelap dijumpai di hutan yang teduh dan ‘agak gelap, sedang yang warna pucat ditemukan di pinggir jalan yang agak terang. Sementara itu anggrek epifit hanya dua jenis yang dijumpai tumbuh di TWA Sibolangit, yaitu Pomatocalpa latifolia dan Coelogyne ee rochussenii (hanya individu). Namun di kebun- kebun penduduk terutama di kebun durian banyak angerek epifit antara lain Coelogyne rochussenii (di pohon durian), Agrostophyllum sp. (di pohon durian), Acriopsis javanica (di Pohon aren), Cymbidium finlaysontanum (di pohon durian), Vanda sp., Kingidium deticiosum (di pohon sempur/Dillenia indica), Thelasis carinata dan Bulbophyllum sp. (di pohon durian). Anggrek epifit yang sangat banyak populasinya adalah Coelogyne rochussenil. Bunganya tumbuh beruntai _menggantung ke bawah, warnanya kuning pucat dengan varia: kecoklatan pada bibir bunganya. Jenis lainnya yang juga dominan adalah Agrostophyllum sp. dan Bulbophyllum sp. yang umumnya menempel di pohon durian, Sedangkan satu-satunya anggrek epifit yang dijumpai tumbuh di Cagar Alam adalah Flickingeria convexa, yang menempel di kulit pohon yang sudah mati, selain itu juga dijumpai tumbuh menempel di pohon durian, Anggrek ini tumbuh menjalar, dengan akar rimpang berwarna kuning, kaku dan (iat, berjarak 3 cm antar daun. Daun berbentuk ellips-oblong dan tebal, panjang 5-6 cm dan lebar 1-1,2 cm. Bunga berukuran kecil, panjang +4,5 cm, diameter 40,5 cm, warna hijau kekuningan, bibir bunga berwarna kuning dengan 2 garis merah di tengahnya. PENUTUP Cagar Alam/Taman Wisata Alam Sibolangit di Provinsi Sumatera Utara menyimpan kekayaan flora yang tinggi. Beberapa jenis memiliki peran bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama potensinya sebagai tumbuhan obat {Sari dan Widedo, 2004). Selain itu fungsilainnya baik sebagai tanaman hias taupun bahan ‘campuran makanan juga tak kalah pentingnya. Oleh sebab itu aspek konservasi baik secara in situ maupun ex situ peru mendapat perhatian. Jenis-jenis yang endemik seperti rotan Plectocomia lorzingii perlu mendapat perhatian khusus karena jumlah individunya di alam sangat sedikit. Kebun Raya: berusaha untuk mengecambahkan biji rotan tersebut_namun masih belum berhasil karena biji yang dibawa kemungkinan masak fisiologisnya belum sempurna. Selain itu usaha pengembangan ‘asam glugur (Garcinia atroviridis) juga masih dilakukan di Kebun Raya Bogor mengingat jenis tersebut banyak manfaatnya dan nilai komersiainya cukup tinggi. Sedangkan konservasi Amorphophallus titanum akan lebih bermanfaat dikonservasikan baik secara in situ maupun ex situ karena pada saat berbunga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang kebetulan mampir atau mengunjungi TWA Sibolangit. Banyak anggrek yang tumbuh liar di luar kawasan Cagar alam maupun wisata alam, sedangkan yang tumbuh dalam kawasan jauh lebih sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu untuk lebin_ mengoptimalkan aspek konservasinya maka kebun raya telah berusaha untuk mengkonservasikan secara ex-situ. demikian TWA Sibolangit juga perlu mengembangkan beberapa jenis yang tidak tumbuh di dalam kawasan untuk segera diperbanyak dan ditanam dalam kawasan. Rumah pembibitan di TWA Sibolangit pertu segera diwujudkan untuk menangani perbanyakan jenis-jenis tanaman yang endemtk, langka dan jumlah populasinya hanya sedikit. Namum, ‘Warta Kebun Raya 7 (1), Mei 2007 ‘Anonim. 2002. Buku Informasi Kawasan Konservasi Di Sumatera Utara. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Il, Medan, : Backer, C.A. and R.C.B. van Den Brink Jr. 1963. Flora of java. Vol. |. N.V.P. Noordhoff-Groningen. The Netherlands. Comber, J.B. 1990. Orchids of Java. Bentham-moxon Trust. Royal Botanic Garden, Kew. - Comber, J.B. 2001. Orchids of Sumatra, The Royal Botanic Gardens, Kew. de Wilde, W.J.J.0. 2000. Flora Malestana Volume 14. Series | Seed Plants. Myristicaceae. Nationaal oe Herbarium Nederland, : a Hartinl, 5. dan D.M, Puspitaningtyas. 2005. Flora Sumatera Utara: Eksotik dan Berpotensi. Pusat Konservasi Tumbutian Kebun Raya Bogor-LIPI. Bogor. Lemmens, R.H.M.J., |. Soerianegara and W.C. Wang. 1995. Plant Resources of South East Asia 5(2): Timber trees: Minor Commercial Timbers. p:301. Prosea. Bogor- Indonesia. Sari, R. dan. Widodo. 2004. Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara, Dulunya Kebun Raya. Warta Kebun Raya 4(1):37-48. Seidenfaden, G. and J.J. Wood. 1992. The Orchids of Peninsular Malaysia and Singapore (A Revision of R.E. Holttum: Orchids of Malaya.). Olsen & Olsen, Fredensborg, Denmark. van Steenis, C.G.G.J. 1972. The Mountain Flora of Java. £.J. Brill. Leiden. Whitmore, T.C. and I.6.M, Tantra, 1986. Tree Flora of Indonesto Check List for Sumatra. Forest Research and Development Centre. Wijaya, TAM. 1996/1997. Informasi Kawasan Konservasi Propinsi Sumatera Utara. Balai Konservasi Sumber Daya Alam |. Medan. Wong, K.M. and C.L. Chan. 1997. Mount Kinabalu Borneo's Magic Mountain. Natural History Publications. Kota Kinabalu.

You might also like