everyday is a holiday

2 jenis Balanophora ditemukan di Gunung Salak

Untitled

“Apa itu Balanophora? Mungkin kata Balanophora terdengar asing ditelinga masyarakat umum. Tumbuhan yang satu ini memang tidak seperti Raflesia yang namanya sudah terkenal diseluruh pelosok dunia. Bentuknya unik dan beragam, itulah yang menjadi kekhasan tumbuhan parasit yang kini sudah sulit untuk ditemukan.”

Bogor, mei 2012. Balanophora adalah salah satu tumbuhan parasit yang sulit ditemui di Indonesia khususnya di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Hampir 40 tahun yang lalu tumbuhan parasit ini ditemukan dan dikukuhkan oleh seorang ilmuwan Belanda bernama B. Hansen sebagai tumbuhan yang memiliki perbedaan dengan kerabatnya yaitu Raflesia. 40 tahun lamanya tidak ada yang banyak menjelaskan kembali tentang keberadaan tumbuhan parasit ini terutama di Gunung Salak. Kini tumbuhan parasit tersebut ditemukan kembali oleh Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam IPB (LAWALATA IPB) pada rentan Januari-maret 2012 lalu di Gunung Salak, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Di dunia, Balanophora hanya memiliki sekitar 15 spesies yang tersebar dari subtropis sampai tropis sepanjang  Malesia, Kepulauan Pasifik, Tropical Australia, Comores, Madagaskar, dan Kongo. Di Indonesia, Balanophora dapat ditemukan di Sumatera Utara, sepanjang pegunungan Bukit Barisan Selatan sampai Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, beberapa zona di Pulau Sulawesi dan hampir sepanjang Pulau Papua.

Secara ekologi Balanophora dapat ditemukan di hutan pegunungan hingga ketinggian 3000 m diatas permukaan laut. Balanophora hidup pada akar pohon atau tumbuhan lain yang berkayu, terkadang juga pada terna (tumbuhan berbatang lunak). Sekitar 25 spesies tumbuhan yang dijadikan rumah (inang) bagi Balanophora khususnya pada jenis fungosa antara lain cantigi (Vaccinium sp.), beringin (Ficus sp.), puspa (Schima wallichii), Tetrastigma sp., Albizia lophantha, Rhododendron retusum, Schefflera aromatica, Hibiscus tiliaceus dan tumbuhan lainnya.. Balanophora tidak memiliki klorofil dan tidak melakukan fotosintesis. Di Jawa Barat, Balanophora memiliki nama lokal yaitu  perud. untuk penyebutan namanya diikuti dengan nama daerah tumbuhan yang dihinggapi Balanophora. Seperti perud cantigi yaitu Balanophora yang hidup pada pohon cantigi (Vaccinium sp.). Balanophora termasuk kedalam tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada Balanophora yang didapat di Pulau Jawa mengandung banyak bahan yang menyerupai lilin. Oleh karena itu dahulu Balanophora sering digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat lilin atau obor kecil.

Balanophora ditemukan secara tidak sengaja oleh LAWALATA IPB saat melakukan kegiatan pendakian Gunung Salak I. Tumbuhan tersebut ditemukan pada ketinggian 1800 mdpl. Pendokumentasian Balanophora pun dilakukan menggunakan alat dokumentasi yang masih dapat digunakan yaitu kamera handphone. Berselang satu minggu setelah penemuan tumbuhan tersebut, dua orang anggota LAWALATA IPB kembali mendaki Gunung Salak untuk mengambil foto dan data lebih detail mengenai tumbuhan tersebut agar dapat diidentifikasi. Hasil identifikasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut ialah jenis Balanophora fungosa ssp. indica var. globosa.

Tidak hanya jenis Balanophora fungosa ssp. indica var. globosa. secara tidak sengaja Untitled2disaat LAWALATA IPB kembali melakukan pendakian ke Gunung Salak, salah satu anggota kembali menemukan jenis Balanophora lainnya saat mencari sumber air. Balanophora tersebut ditemukan di dua lokasi pada ketinggian 1871 Mdpl dan 1900 mdpl. Dokumentasi penemuan tumbuhan tersebut dilakukan secara lengkap sehingga dapat diidentifikasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut ialah jenis Balanophora elongata. Jenis Balanophora elongata juga ditemukan saat LAWALATA IPB bergabung dalam evakuasi pesawat Sukhoi Super Jet-100 pada bulan mei 2012. Tumbuhan tersebut ditemukan diantara puing-puing pesawat pada ketinggian 2004 mdpl dan disekitar puncak Salak I.

Secara khusus Balanophora fungosa ssp. indica var. globosa hanya bisa ditemukan di Jawa Barat yaitu Gunung Salak sampai Priangan timur. Tidak banyak informasi yang memuat keberadaan tumbuhan ini seperti karakteristik tipe habitat, sebaran populasi, serta sistem perkembangbiakannya.

Tumbuhan parasit yang ditemukan LAWALATA IPB itu memiliki banyak kesamaan dan kemiripan secara bentuk dan ukuran sesuai dengan deskripsi yang B. Hansen tuangkan  dalam buku yang berjudul Flora Malesiana series I volume 7. Selain itu dugaan ini diperkuat dengan kesesuaian dari koleksi tumbuhan yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong Bogor.

Dafid Kurniawan Ketua Umum LAWALATA IPB mengungkapkan dengan ditemukannya Untitled2balanophora menandakan bahwa berkegiatan di alam bebas mampu memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kami berharap ada pihak yang bersedia memberikan dukungan untuk melakukan kajian mendalam mengenai penemuan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan hayati. (Mufti Ode / L290)

Tinggalkan komentar